Catatan Tahun ke 7

Malam ini, 10 April, tujuh tahun yang lalu, suamiku menggenggam erat tangan ayahku untuk mengucapkan ijab kabul. Janji langit telah diikrarkan, janji yang sangat kuat setara dengan janji para nabi pada Tuhan semesta alam, yang disebut dalam kitab-Nya sebagai mitsaaqan ghaliidza. Dan sejak malam itu, kami memulai kehidupan suami-istri, memulai menjalankan kehidupan separuh agama. Kami meniatkan pernikahan ini sebagai ibadah, dan kami ingin menyempurnakannya. Masa perkenalan yang pendek membuat kami belum saling mengenal satu sama lain. Wajar, bila onak dan duri terasa banyak di awal-awal pernikahan kami. Tapi kami tak menyerah, kesulitan dan ketidakcocokan membuat kami belajar. Ya pernikahan adalah tempat belajar. Belajar untuk tidak berkata dan berperilaku yang menyakitkan, apalagi merendahkan pasangan; belajar memaafkan; belajar melihat sisi baik pasangan; belajar menerima kekurangannya; belajar mengalah ketika ego membuncah..

Malam ini, 10 April 2011, di tahun tahun ke 7, kami mulai mengerti bahwa kebahagiaan itu bukan karena pasangan, tapi dari diri sendiri. Bagaimana diri menerima apa adanya pasangan itulah yang menentukan kebahagiaan. Puji syukur, kami telah merasakan kebahagian, & ketenangan dalam pernikahan. Bukan berarti pernikahan kami tanpa ujian, karena ujian justru menguatkan kami. Bukan pula kami pasangan yang sempurna, karena kami tetaplah dua pribadi yang penuh kekurangan. Bagaimanapun, Allah telah menetapkan jalan bagi kami dalam pernikahan ini. Pernikahan ini harus dipertahankan atas dasar keinginan untuk membahagiakan. Saya berlindung pada Allah SWT dari kejahatan syaitan yang meniupkan kejahatan untuk mencabik-cabik pernikahan ini. Sebagai penutup catatan kecil ini, saya mengutip catatan suami saya di facebook yang diposting hari ini:

7 tahun memegang mitsaqan ghalidha;
terkadang kita sepucuk ilalang,tapi apalah arti tamparan angin, karna kita adalah akar…bersulang dengan dendang alam.

7 tahun mewarnai mitsaqan ghalidha;
kau himpun benang-benang hitam, putih, biru, jingga dan ungu hatimu, dan akupun begitu…
Kita padukan dalam selembar selendang untuk menari riang…

7 tahun menerangi mitsaqan ghalidha;
kau bentangkan langit dan kutaruh bintang dan juga bulan dalam hati kita, kita dengarkan cahayanya berpuisi…

Yaa Allah, Engkau tlah tetapkan jalan kami, lapangkanlah jalan kami menuju altar sakinah, singgasana mawadah, dan mahkota rahmah…
Iyyaaka na’budu
wa iyyaaka nasta’in

(10 april 2011, 7 tahun membina janji suci pernikahan)

Pos ini dipublikasikan di Pernikahan dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar